Matematika: Catatan Tentang Cinta Posesif nan Mistis (Opini)
Dulu kecintaan saya pada eksakta sudah mencapai level akut. Entah itu fisika, biologi, kimia, atau malah matematika. Cinta pertama tentu saja matematika. Matematika itu bapak dari segala ilmu, sebuah pendapat egois dari seorang pribadi. Toh filosofi sebagai ibu dari segala ilmu sudah dishahihkan, jadi apa ooosalahnya jika kita carikan beliau pendamping biar tidak kesepian. Ok, balik ke matematika. Saya selalu percaya bahwa matematika itu mistis, fair dan romantis. Dalam setiap caraNya yang sampai sekarang belum bisa terdefinisikan, hampir semua gaya saya berlogika, berpikir, menyusun rencana, mematangkan persiapan, mengatur strategi bahkan pada level bersosialisasi pun terpengaruh dari beberapa logika matematika. Saya menyadari hal itu ketika saya masih duduk di bangku SMP kelas 1 semester ganjil, bulan pertama dan mencoba memetakan keahlian masing-masing teman sekelas lalu menuangkannya ke sebuah wujud matriks sederhana yang kemudian dengan sukses menjadi kunci saya berkompetis