Posts

Showing posts from May, 2020

Tontowi, si Anak Magang? Nir Nalar

Tak pernah terbayang di benak Tontowi, sebagai atlet bulutangkis internasional, bahwa di ujung karir nasibnya justru distempel sebagai atlet magang oleh PBSI. Setelah karir cemerlang dan dominasinya di beberapa kejuaraan internasional, tentu sulit membayangkannya. Tontowi pun sedikit meradang, namun tetap dengan pembawaan yang  kalem.  Rasa kecewa yang ditunjukkannya sangat bisa dimaklumi. Bukan semata-mata karena Tontowi arogan, sombong atau ingin mendapat perlakuan istimewa. Namun setidaknya PBSI perlu menalar kembali keputusannya. Pemberian status sebagai atlet magang ini lebih terasa sebagai penghinaan daripada sekedar penetapan di satu surat keputusan organisasi yang menaungi olahraga tepok bulu se-Indonesia tersebut. Tontowi Ahmad atau akrab dipanggil Owi bersinar sebagai pemain bulutangkis sebagian besar saat dipasangkan dengan pemain putri Liliyana Natsir sekitar 2010 silam. Keduanya kerap menjuarai pertandingan internasional termasuk pada Olimpiade 2016 di Brasil. Salah

Ramadhan dan Lebaran yang Plain Vanilla, Nikmat

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah Taqaballahu Minna Wa Minkum Shiyamana Wa Shiyamakum Mercon bumbung atau mercon bambu. Perang sabetan sarung. Kentongan sahur. Rudal kembang api. Long-march ngabuburit . Semua itu hanya secuil dari keriangan masa kecil berpuasa Ramadhan. Bagi para tukang onar junior kelas 1 SD sekalipun, nuansa Ramadhan menghadirkan kesan mendalam yang tidak terukur indahnya. Kalau dulu tentu saja kesenangan utamanya adalah libur sekolah beberapa hari. Tidak rutin tahun ke tahun, sih memang. Namun kesenangan-kesenangan yang lain tidak kalah menyegarkan. Bulan puasa Ramadhan selalu ditandai dengan sholat tarawih yang bernyali, berwibawa, dan gegap gempita yang menguar tak karuan. Mushola dan masjid berlomba booking penyewaan tenda dan alas sholat tambahan. Alasannya? Animo peminat sholat tarawih perdana di setiap season Ramadhan ini tinggi. Rebutan shaf. Bahkan tak jarang titel senior, baik dari segi usia maupun keilmuan agama Islam, ikut menjad

Jingkrak-Jingkrak Nir Nalar

Kejadian-kejadian menarik mewarnai lini sosial media beberapa hari ini. Bahkan ada beberapa yang cukup menggelitik sekaligus miris. Pertama, adalah kesalahpahaman lelang dalam acara konser kolaborasi MPR, BPIP dan BNPT. Kedua, adalah tindakan baku hantam antara salah seorang aparat dengan pemuka agama. Dalam pandangan pribadi, keduanya berasal dari gagal nalar. Lagi-lagi,  ya . Yang pertama adalah lelang. Sebagian besar pasti sudah mengetahui dan familiar dengan kata lelang. Tapi siapa sangka, tidak seperti itu yang terjadi pada Muhammad Nuh asal Jambi. Apa yang dialami oleh Muhammad Nuh ini memang sangat menggelitik, namun juga menjadi sangat miris melihat potret kehidupan berbangsa kita jika ditengok jauh ke pelosok. Ke bagian terkecil dari kehidupan berbangsa. Rakyat itu sendiri. Orang per orang. Muhammad Nuh tidak paham arti kata lelang. Ketiga lembaga negara MPR, BPIP, dan BNPT yang menjadi inisiator dilaksanakannya konser virtual solidaritas kemanusiaan. Temanya juga ti

Spektrum Politik

Jusuf Kalla kembali mengutarakan opini publiknya. Beliau lagi-lagi menyoroti kebijakan penanganan pandemi Covid19 yang dikeluarkan oleh pemerintahan saat ini. Soal berdamai dengan virus. Jusuf Kalla memang secara pengalaman lebih  kenyang  ketimbang pejabat publik kebanyakan yang saat ini duduk di kursi penguasa. Lebih senior. Diuji oleh virus  flu burung. Beberapa saat lalu, Presiden Joko Widodo menghimbau masyarakat Indonesia untuk berdamai dengan Covid19. Hal tersebut tentu saja penyataan konotatif. Bersayap artinya. Namun hal ini serta merta menimbulkan berbagai reaksi di kalangan masyarakat dan elit politik. Tidak terkecuali Jusuf Kalla. Setidaknya beberapa hal yang disampaikan dalam pernyataan Jusuf Kalla terkait soal damai tadi. Pertama, istilah damai ini tidak tepat. Berdamai, sebut Jusuf Kalla, itu kalau dari dua belah pihak sepakat. Sedangkan bagaimana kita berkomunikasi dengan virus. Ini satir dan retoris . Kedua, sedari awal Jusuf Kalla mengusulkan opsi lockdown

Kedok-Kedok Agama

Perang Aceh menjadi salah satu kondisi perang yang sangat berat bagi penjajah Belanda. Belanda menanggung salah satu biaya perang terbesar dalam kolonisasi Belanda di Indonesia. Banyak tentara yang gugur. Logistik gila-gilaan dipasok. Namun hasilnya nihil. Belanda kalang kabut. Perang Aceh menjadi perang vital yang harus dimenangkan kala itu. Tetapi pejuang Aceh sungguh ulet. Belanda pun berpikir keras. Sampai-sampai unit Marsose pun dibentuk. Namun faktor terpenting dalam pemenangan Perang Aceh terletak pada satu sosok. Snouck Hurgronje. Snouck Horgrenje lahir dengan nama lengkap Christiaan Snouck Hurgronje. Latar belakang pendidikannya adalah teologi , keagamaan. Perannya menjadi sangat penting saat Belanda menemui jalan buntu menghadapi pejuang-pejuang Aceh. Hurgronje adalah penganut Protestan yang taat. Namun demi kepentingan Belanda, dia akhirnya berani berkedok Islam. Hal ini bukan hal yang sulit baginya karena latar belakang studinya adalah teologi. Salah satu yang dipela

Andai, Andai, Andai!

Terlalu banyak andai dalam penanganan pandemi ini. Andai tindakan  preventif  lebih aktif seperti beberapa negara, yang saat Wuhan mulai memerah, mereka sudah  gonjang-ganjing . Menutup jalur internasional, khususnya yang dari dan ke China. Menutup kota atau wilayah yang sudah mempunyai kasus penularan. Melakukan  tracking  dengan cepat karena sadar penularan virus ini seperti adu  sprint , beradu dengan waktu. Andai protokol darurat kesehatannya disusun lebih detil dan tegas. Mulai dari level nasional hingga ke unit-unit terkecil di desa dan unit kesehatannya yang mendampingi. Sehingga puskesmas dan unit kesehatan sejenis yang ada di masing-masing pelosok tidak gagap mengawal perpindahan warganya. Screening , pemeriksaan pendatang yang keluar-masuk, memperbanyak sarana isolasi, monitoring warga yang terduga maupun pasien yang dipantau. Sehingga dukungan kepada tenaga kesehatan benar-benar terasa, tidak hanya bergaung dalam jargon-jargon , lagu nyanyian, tagline-tagline kosong se

Musim Semi di Jazirah (Bab #1 Part #2)

Dunia tentu dekat dengan Lebanon. Setidaknya melalui penyairnya yang membius gelegak-gelegak muda yang deras dialiri, elixir cinta, feromon. Kahlil Gibran memang terlahir di Lebanon, meskipun kemudian karya-karya besarnya banyak lahir di Amerika Serikat. Pamor Lebanon tidak hanya membumbung lewat syair-syair Kahlil Gibran. Jauh sebelum syair-syair itu digandrungi kaum pecinta di era modern, Lebanon telah lebih dahulu terkenal di segala penjuru. Bahkan beberapa kota pentingnya seperti Beirut dan Tripoli juga mempunyai reputasi yang bagus. Tripoli yang menghasilan devisa bagi Lebanon. Kemudian Beirut sebagai sebuah kota di Jazirah Timur Tengah yang arsiktektur dan infrastruktur kotanya senada dengan gaya bangunan Eropa yang anggun. Perekonomian Lebanon memang sangat didukung sektor pariwisatanya, selain dari sektor perbankannya yang sangat maju. Berbagai spot wisata menarik seperti Kadisha Valley, National Museum of Beirut, atau nuansa alam Cedars of God Bsharri yang menjadi tempat r

Sinar Mentari

Serpihan malam yang terserak dan berantakan. Sedikit basah karena hujan di sudut hati. Seorang perempuan di tengah kebingungan akan rindunya sendiri. Aku? Aku tersenyum dan berjarak memandanginya, kala itu. Karena kini dia selalu membersamai dalam perjalanan. Terima kasih, separuh imanku. Mentariku. Gunawan Wiyogo Siswantoro 17 Mei 2020

Gatotkaca, Kapan Mengudara Kembali? Part #2

N250 dirancang untuk  multi-purpose. Fleksibel  digunakan sebagai pesawat komersil penumpang ataupun barang. Sebagai  carrier,  N250   cukup mumpuni dalam penerbangan berjarak pendek-sedang. Penerbangan pendek-sedang ini rata-rata berjarak 1.500 km hingga 4.000 km berdasarkan  eurocontrol . Sesuai dengan jarak rata-rata antar pulau di Indonesia yang mayoritas masuk dalam skala penerbangan pendek-sedang. Sebagai contoh, jarak penerbangan Jakarta-Bandar Lampung berkisar 200-250 km. Aceh ke Merauke dalam jarak kurang lebih 7.800 km. Artinya, negara kepulauan dengan 17.504 pulau seperti Indonesia, akan selalu mempunyai pekerjaan rumah besar dalam salah satu kegiatan utama ekonominya. Distribusi barang. Akses antar pulau yang terbatas menyebabkan mahalnya ongkos distribusi. Secara langsung hal itu akan menyebabkan njomplang -nya harga produksi dengan harga konsumsi suatu barang. Konsumen menanggung harga yang sangat mahal. Hal ini mungkin hampir tidak terasa bagi penduduk di pulau-pulau

Gatotkaca, Kapan Mengudara Kembali? Part #1

Di masa pandemi seperti saat ini, salah satu hal yang paling tidak kita inginkan adalah terjadi krisis. Menyoal tentang krisis, Krisis Moneter 1998 atau  krismon  adalah salah satu yang terbesar dan membekas dalam sejarah bangsa Indonesia. Satu titik  turbulensi  yang tidak hanya menggoncang stabilitas sosial-ekonomi-politik-militer, tetapi juga menggeser dan meruntuhkan hegemoni  salah satu poros utama kekuasaan di Indonesia saat itu. Penguasa Orde Baru dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sengaja soal lebih-kurang  barusan  dimunculkan agar tidak terjadi ledekan ala  Piye? Enak Jamanku, Tho?  Biar tidak terjadi saling lempar ejekan tentang enak jamannya siapa. Meskipun tidak dapat dibuktikan hubungan sebab-akibatnya secara langsung, sebelum krismon Indonesia berada pada satu momentum penting. Satu momentum yang mempunyai energi potensial terbesar untuk menjadikan Indonesia negara besar dan berdikari. Momentum apa itu? Pesawat komersil buatan Indonesia, Gatotkaca N250, terb

Pegang Kemudi Kapalmu, Tuan

Bagi masyarakat Tiongkok, mungkin lockdown atau karantina wilayah dapat menjadi salah satu bagian dari new normal.  Dua hari yang lalu, Selasa 12 Mei 2020, otoritas wilayah di Shulan memberlakukan karantina wilayah kota yang berada di Provinsi Jilin tersebut. Kebijakan ini ditempuh pemerintah China setelah belasan kasus baru yang terdeteksi tiga hari sebelumnya. Sah, Shulan menjadi kota kedua di Tiongkok yang mendapat perlakuan  lockdown. Pemberlakuan lockdown ini otomatis menjadi perhatian seluruh dunia. Wabil khusus dari WHO, para kepala negara, industri-industri kesehatan, dan tak luput juga para ahli virus yang   sedang mengutak-utik genom-genom Covid19 demi mendapat vaksin ampuh sesegera mungkin. Kota Shulan seakan menjawab keraguan beberapa pemimpin dunia yang sedang maju-mundur untuk mengendurkan pembatasan wilayahnya. Bahwa perang sama sekali belum akan usai. Di China, perang tersebut memasuki babak kedua. Second wave. Kota Wuhan pun yang awalnya bersuka cita karena perta

Pantaskah Kita Dipanggil Inlander? Part #2

Sanderson Beck (2008) dalam bukunya  South Asia 1800-1950  menyebutkan bahwa setidaknya terdapat 113 ribu wanita Eropa dalam 240 ribu warga Eropa pada koloni Hindia Belanda di tahun 1930 atau sekitar 0,5% dari populasi. Sedangkan sumber lain, Nico Van Nimwegen (2002:64) dalam tulisannya  De Demografische Geschiedenis vam Indische Nederlanders  ( The Demography of the Dutch in the East Indies ) juga mencantumkan angka yang hampir sama yaitu terdapat 240.417 orang Belanda dan Eurasian yang setara dengan 0,4% dari populasi. Hal ini berarti, pada tahun 1930, setidaknya terdapat kurang lebih 59-60 juta orang pribumi dan ras lain yang berada di dalam koloni Hindia Belanda yang dikuasai oleh penjajah. Segelintir tapi mampu mengontrol Nusantara. Padahal, jika pribumi kencing  bareng-bareng  saja sudah tenggelam mereka.  Guyonannya  seperti itu. Bangsa Eropa datang ke Nusantara melalui perdagangan. Jauh sebelum abad ke-15, sudah kondang tentang kepulauan di Asia yang sangat berlimpah ragam

Pantaskah Kita Dipanggil Inlander? Part #1

Napoleon Bonaparte pernah menyatakan satu pendapat tentang apa itu sejarah.  What is history, but a fable agreed upon? Kemudian Winston Churchill juga pernah mengatakan kalimat yang ikonik bernada serupa beberapa tahun setelahnya. History is always written by the winners. Meskipun orisinalitas quote tersebut masih belum jelas disematkan kepada siapa, (belakangan quote ikonik tersebut juga diatributkan pada Niccolò Machiavelli, diplomat-politikus sekaligus filsuf asal Italia di abad ke-15), namun quote itu sudah cukup melegenda dan kerap di comot kanan kiri dalam berbagai teks pidato bernuansa politik dan perjuangan. Sejarah Indonesia sebagai bangsa dan negara tentu tidak dapat dilepaskan dengan bagaimana para anak bangsa ini memperoleh kemerdekaannya. Pada peristiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia menang. Maka sebagai pemenang, bangsa Indonesia yang berhak menulis sejarah akan dirinya. Setidaknya seperti itu menurut Winston atau Napoleon atau Niccolò. Se

Gang Buntu, Sejenak

Buntu. Setelah beberapa hari mencoba streak  menulis dengan tema satu hari satu tulisan, tepat di hari ketujuh, stagnansi  menulis menghampiri. Kata-kata yang coba saya susun terasa lebih hambar dari biasanya. Tidak terlalu bermakna, dan tidak satir  juga. Sepoh. Menulis itu menyenangkan bagi saya pribadi. Lah kok  jadi malas. Malah, sampai ada niatan untuk menggeser target satu hari satu tulisan menjadi satu minggu satu tulisan. Tapi, lagi-lagi, karena saya mengenal diri sendiri cukup baik, saya yakin target yang dikendorkan itu akan terus-menerus kendor menjadi satu tahun satu tulisan. Seperti yang sudah-sudah. Kendor-kendoran: Batal. Target satu hari satu tulisan masih menjadi patokan. Sebenarnya, beberapa tema sudah saya persiapkan untuk dikembangkan menjadi tulisan. Bahkan beberapa diantaranya sudah lengkap dengan kerangka berpikirnya. Ada yang tentang penjajahan selama 350 tahun, ada ulasan tentang kualitas pendidikan, ada juga tentang membangun negara lewat desa. Lalu, l

Pagi Berembun di Semarang

Setapak, setapak, setapak demi setapak tapak kaki aku tapakkan di setapak jalan malam. Awalnya aku mengira persimpangan ini adalah Simpang Lima yang terkenal seantero Semarang. Satu ruas jalan, dua, tiga, empat, lima, enam. Kok enam? Spontan googlemaps  aku akses melalui smartphone.  Ternyata bukan Simpang Lima. Di tepian satu sisinya menyolok papan nama sebuah gedung. UDINUS. Universitas Dian Nuswantoro. Mirip nama belakangku. Namun bukan itu yang menarik. Saat aku berjalan menuju Simpang Enam tadi, satu komplek gedung cukup menarik perhatian.   Sekilas pintu dan jendela dari gedung itu berjajar cukup banyak. Bahkan dengan penerangan yang cukup menyala, tebakanku memilih satu nama bangunan yang tak kalah terkenal dari Simpang Lima tadi. Lawang Sewu. Satu situs bersejarah panjang yang pernah menjadi pusat pemerintahan penjajah dahulu silam. Di seberangnya tampak bangunan serupa dengan ukiran nama Mandala Bhakti. Aku belum tahu bangunan apa itu. Namun melihat gaya arsitekturnya yan