Posts

Showing posts from May, 2012

'Hiu-Hiu Kecil' SPAN, Perlukah Dikelola? (Opini)

Langkah revolusi dan reformasi saat ini sedang diusung Kementerian Keuangan khususnya oleh 3 unit instansi Eselon I & II di dalamnya yaitu Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Anggaran, dan Pusintek melalui penerapan suatu sistem aplikasi manajemen keuangan berbasis web bertajuk SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara). Sistem ini digadang-gadang mampu memperbaiki dan mempermudah proses bisnis keuangan terkait tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Direktorat Jenderal Anggaran saat ini. Lebih jauh, SPAN diharapkan mampu mengintegrasikan sistem aplikasi dan data keuangan di unit instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan mampu memberikan beberapa keuntungan lain yang menjadi tujuan jangka pendek maupun jangka panjang dari proyek besar ini.  

Andai (Cerpen)

Hari ini Jakarta resmi menjadi kota mati! Seakan sebuah black hole ditaruh di pusat kota dan menelan habis setiap gram denyut kota lengkap dengan segala energi kehidupan di dalamnya. Satu dua helai daun meluruh malas ditiup angin melewati beberapa angkot dan bus yang teronggok di tengah jalan. Tapi sungguh aku lebih suka Jakarta yang mati. Seperti saat ini.

Reuni Sesosok Gubuk Tua (Cerpen)

“Proklamasi! Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia” “Proklamasi! Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia” Setiap malam Pak Tua itu selalu berucap dalam bisik. Bisikannya pun selalu sama, cuplikan dari naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Bisikannya yang lirih entah karena tidak ingin didengar orang lain atau karena dinginnya malam yang turun di gubuk reotnya di kolong jembatan itu. Belum lagi jika hujan lebat mendera, bisikannya seolah tenggelam ditelan riuhnya petir dan runtuhan air dari langit. Belum lagi ditambah gemuruh atapnya yang berkeretak separuh jalan digoyang angin. Namun tak pernah sekalipun beliau melewatkan malamnya tanpa mengucapkan cuplikan kalimat – kalimat sakti itu. Seakan beliau berbicara pada dirinya sendiri, meyakini bahwa kemerdekaan pasti datang pada dirinya. Nanti.

Sesunyi Senyuman, Sesenyap Harapan (Cerpen)

Sayup derik suara radio komunikasi tua itu berbunyi mengabarkan kereta yang akan mendekat memasuki stasiun. Seseorang lelaki tua berusia hampir 6 dasawarsa berseragam biru lengkap dengan sepatu pantofel yang hampir setua dirinya mengerjap bangun, Kepala Stasiun Soerdjono. Masih didera rasa kantuk siang, beliau mencoba meraih topi dinasnya. Ditiupnya peluit dengan ogah untuk menghalau 1-2 pedagang asongan yang tak sayang nyawa melompati rel-rel kereta padahal di kejauhan besi tua bermesin itu makin mendekat. Beberapa penumpang berwajah lusuh duduk menunggu. Entah kereta api atau nasib baik yang mereka tunggu kedatangannya. Seperti siang-siang lain, stasiun tua ini lengang.