Posts

Showing posts from March, 2022

Nusantara: Romantisme Masa Lalu

Pernahkah kalian menyaksikan satu fenomena unik saat mendapati seorang aktor atau aktris Indonesia yang mendapat porsi berperan di film internasional atau di film garapan Hollywood misalnya? Pasti pernah karena berulang-ulang fenomena itu muncul. Apakah itu? Euforia skala nasional. Berbagai media massa dibanjiri postingan masyarakat Indonesia yang beramai-ramai membicarakannya. Bahwa Indonesia sudah diakui dunia internasional, kualitas aktor dan aktris Indonesia mulai diperhitungkan. Kenapa kaget? Begitu juga saat brand lokal go internasional. Tidak perlu kaget yang berlebihan. Memang disana seharusnya posisi kita. Nation proud is good, but underestimate your kind is another issue . Seakan sebelumnya bangsa kita ini lemah dibanding yang lain.

Indonesia-Korea Selatan: Saudara Kembar Pinang, Cermin Dibelah.

Un diavolo scaccia l’altro. A devil punishes another devil . Satu quotes yang diucapkan Vincenzo, tokoh utama dalam series Korea Selatan yang berjudul serupa, Vincenzo. Sebagian latar series ini memang diambil langsung di Negeri Pizza, Italia. Maka, beberapa quote yang tersaji praktis juga dalam bahasa Itali. Di series ini penonton juga akan dimanjakan oleh luwesnya Song Joong Ki (pemeran Vincenzo) cas-cis-cus berbicara dalam bahasa pizza dan pasta. Aksennya cukup khas secara pribadi, mengingat saya sendiri sama sekali tidak mahir dalam bahasa Itali. Krispi nan gurih sekaligus empuk-empuk keju rasanya melihat Song Joong Ki berkali-kali pamer keluwesannya bicara dalam bahasa itu. Yes, tasted like a godd*mn whole pizza .

Apakah Setarling Visibel untuk Diakusisi?

Warga Jakarta tentu sangat familiar dengan brand kafe kopi dan minuman Setarbak. Selain harganya yang cukup premium, brand satu ini juga secara efektif (namun tidak efisien) menaikkan derajat sosial dalam pergaulan kawula muda. Sebenarnya tidak hanya warga Jakarta saja, Setarbak sejatinya memang sudah dikenal secara nasional.

Legadema

Legadema. Sebuah nama yang disematkan kepada seekor macan tutul betina muda di Afrika. Nama itu disematkan oleh dua peneliti (Derek dan Beverly Joubert) yang mulanya mengamati macan tutul itu dan berakhir keduanya jatuh hati pada si macan tutul cantik itu di tengah belantara alam Afrika. Derek dan Beverly kemudian mengabadikan Legadema dalam buku dan film dokumenter berjudul Eye of The Leopard