Posts

Showing posts from 2013

Labirin 'Loopless' Bernama Dilatasi Waktu (Opini)

Berhubung rekan saya bertanya tentang dilatasi waktu, penuh suka cita saya ingin menumpahkan uneg-uneg sekalian. Lebih agar opini/wacana/pengandaian saya ini tidak hilang tertumpuk pengandaian-pengandaian yang lain. Konsep waktu yang kita kenal umumnya linier.  Past, present, future . Tapi sehubungan Mr. Albert dengan postulat-postulat relativitasnya begitu telak mengobrak-abrik keajegan konsep dimensi ('waktu' salah satunya), sedikit banyak beberapa pengandaian saya mengembun-menguap-mengembun selama ini. Kalau memang dilatasi waktu, seperti yang dikuliti mulus oleh postulat-postulat Mr. Albert, itu benar-benar memungkinkan terjadi, apakah waktu itu sendiri mempunyai dimensi turunan hasil dari setiap sisa kemungkinan yang kita ambil? Mungkin seperti ini gambarannya. Pada satu waktu, kita dihadapkan pada 2 kemungkinan yang bisa kita ambil, misal contoh sederhana, melangkah keluar rumah dengan kaki kiri terlebih dahulu atau kaki kanan terlebih dahulu. Jika kita ternyata m

Daun-Daun Hujan (Sajak)

I Sembah sujud sungkur seakan mengakar pada hening malam yang mengelam. Gemericik doa pun masih mengurai rinai. Teruntukmu langit, yang berbalut gerimis, yang meremahkan sabda-sabda cinta-Nya. Adakah subuh ini kalut astral kita berbagi lakon, bercerita di balik selempang layar lalu mewayangkan masing-masing rindu kita?

Kamuku dan Padang Ilalangmu (Sajak)

Padang ilalang itu masih disana.   Tapak-tapak kita masih tercetak di masing-masing sisinya,   beriringan, berseberang. Senyummu begitu riang menjejaki   bedengan lumpur sepanjang selasar kali yang mengurai panjang,   berderak retak. Padang gersang itu ada di sini.   Mengerang garang pada setiap pelangkah.   Menggeram lamban. Merutuki jejak-jejak   berdebu tak terjamah,   meremah.

Siap Menginjak Neraka 'Inferno'? (Resensi)

Baru-baru ini saya merampungkan satu bacaan yang cukup menarik bagi saya secara pribadi, Inferno karya Dan Brown. Nama yang saya sebut belakangan itu mungkin sangat familiar terdengar karena memang beberapa karya-karyanya terdahulu sudah melejit dengan menuai berbagai pro kontra di berbagai kalangan. Sebutlah salah satunya novel Da Vinci Code yang sempat menimbulkan kehebohan bagi kalangan Kristiani karena detail-detail cerita yang termuat di dalam novel tersebut menginjak batas-batas keyakinan mereka. Saya mungkin tidak akan membahasnya lebih jauh karena memang fokus saya saat ini tertarik pada karya teranyar dari sang maestro  twisted plot , Dan Brown, Inferno.

Tuhan Itu Maha Asyik (Catatan)

Senin, 25 November 2013 Masehi, 16:50 WIB “Ayo, ayo, ayo berangkat! Bis sudah menunggu di tempat parkir ya.” Satu ransel, satu tas selempang sudah nangkring di tubuh saya saat panitia mulai mengarahkan peserta menuju bis. “Ah, lumayan Menambah kapasitas ilmu temanya.” Pikir saya pragmatis. Tak ayal kami berlima belas pun senyum-senyum riang saja. Rebo Paing, Wulan Sadha, Tahun Jimakir, Windu Sancaya kaping 1655 Pemuda bertubuh liat itu masih mondar-mandir di sekitaran pelabuhan yang baru disinggahinya dari setengah hari perjalanan berkuda dari ujung barat Pulau Jawa, menyusuri pantai utara. Seorang Begawan betawi mengatakan tempat yang ditujunya hanya selemparan batu dari tanah kelahirannya, tanah yang pernah ditinggalkannya dulu. Satu setengah hari berkuda. Tapi entah, dia ragu melangkah saat ditemuinya jalan setapak bercabang, dekat pelabuhan yang nantinya berjuluk Tanjung Priuk.

Untukmu, Sebuah Nagari (Sajak)

Nduk,  akan aku ceritakan padamu satu hikayat. Tentang sebentang nagari, yang suatu waktu itu pernah aku janjikan padamu. Sebentang nagari itu berbukit-bukit. Dimana batu-batunya menulis dan menyimpan narasi sendiri, atas setiap nama yang menjejak masanya. ....dan dari puncak bukit itu kita akan mengejar senja yang tampak kuning menyedihkan. Haru sekaligus menentramkan sebelum hilang ditelan kokoh jajaran bukit yang lain.

Sepotong Malam di Ujung Kota #00 (Sajak)

Sepanjang hal yang dapat aku ingat semesta bekerja dalam salah satu aturan mutlak. Nol-nol. Titik awal. Titik penciptaan. Segala permulaan dari segala sesuatu. Bukankah klausa itu yang mendasari setiap pencarian terbesar dari setiap generasi manusia? Titik nol dan nol. Absis dan ordinat. Bigbang . Adam dan Hawa. Ruang kelas 1A.

Sepotong Malam di Ujung Kota #04 (Sajak)

Adakah yang lebih mencengangkan dan mencandukan dari secuplik kota yang berabad-abad berdiri kokoh dengan segala kenangan-kenangan manis, berdarah, pilu dari masa lalu yang terpahat kasat mata di setiap jengkal dinding, akar-akar mati terbenam dalam tanah, jalan-jalan tak bernama di tengah malam? Ada...

Sepotong Malam di Ujung Kota #03 (Sajak)

Langit berputar atau aku yang sedang memutar kepala mencoba tetap waras? Beberapa jam aku putar mundur untuk mengais-ngais sedikit alasan.                   Aku disana. Kebingungan di tengah kerumunan yang menyemut. Sensasi dingin kota yang terkenal karena apelnya ini selalu aneh memarut-marut kulitku. Sedikit kenyamanan yang pahit bercampur kenangan naif. Pudar.

Treasury Dealing Room #1: Peluang Pasar Keuangan, Alternatif atau Bumerang? (Opini)

Pasar Keuangan Indonesia Masih Hijau Tahun 2012 pasar keuangan Indonesia masih mencatatkan kinerja yang cukup hijau di tengah riuhnya perekonomian dunia pasca krisis Eropa. Berdasarkan data yang berhasil dihimpun BPS, IHSG mencatat posisi 4.121,55 di kuartal pertama 2012 atau naik 442,88 poin (+12,04%) dibandingkan kuartal pertama tahun 2011. Hal yang sama terjadi di kuartal-kuartal selanjutnya dimana IHSG ditutup pada posisi 4.316,69 di akhir kuartal IV tahun 2012 atau menguat 494,7 poin (+12,95%) dibandingkan posisi di akhir kuartal IV 2011. Kinerja pasar keuangan khususnya pasar modal yang terus membaik ini tidak lepas dari kinerja sektor riil Indonesia yang menyokong kondisi perekonomian. Membaiknya aktivitas pasar modal dan pasar uang di Indonesia dalam kurun 5 tahun terakhir tidak terlepas dari sokongan kinerja pelaku-pelaku ekonomi di sektor riil. Selain itu, keberanian Bank Indonesia selaku bank sentral dan pemegang kebijakan moneter dengan mengambil langkah mempertahank

Sepotong Malam di Ujung Kota #02 (Sajak)

Senja menghilang di ubun-ubun kota. Tapakmu yang berlarian riang tak tentu arah menyeretku ke dalam pusaran kenangan. Lampu kota temaram, jalan setapak, taman kota, alun-alun, bintang. Dua jam. Nampaknya kamu mulai lelah. Di bawah pepohonan rindang itu kamu berhenti, tersengal-sengal oleh nafasmu yang bersahutan.

Sepotong Malam di Ujung Kota #01 (Sajak)

Langit sepotong itu berarak, menggantung di atasmu, mengejekku. Di bangku taman ini, tak bosan aku menekuri diriku sendiri, sedangkan kamu menelanjangi langit sedari tadi, tak peduli gigitan nyamuk-nyamuk liar. Katamu jawaban akan ada asal aku bersabar menunggumu selesai mencacah bintang. Sontak aku menyadari jawaban yang sudah kamu suguhkan sejak awal. Seketika aku seret kakiku menjauh. Ilusi, kesemuan, abstrak. Kamulah bintang. Gunawan Wiyogo Siswantoro Cempaka Putih 18:48 WIB, 30 Maret 2013

Matematika: Catatan Tentang Cinta Posesif nan Mistis (Opini)

Dulu kecintaan saya pada eksakta sudah mencapai level akut. Entah itu fisika, biologi, kimia, atau malah matematika. Cinta pertama tentu saja matematika. Matematika itu bapak dari segala ilmu, sebuah pendapat egois dari seorang pribadi. Toh filosofi sebagai ibu dari segala ilmu sudah dishahihkan, jadi apa ooosalahnya jika kita carikan beliau pendamping biar tidak kesepian. Ok, balik ke matematika. Saya selalu percaya bahwa matematika itu mistis,  fair  dan romantis. Dalam setiap caraNya yang sampai sekarang belum bisa terdefinisikan, hampir semua gaya saya berlogika, berpikir, menyusun rencana, mematangkan persiapan, mengatur strategi bahkan pada level bersosialisasi pun terpengaruh dari beberapa logika matematika. Saya menyadari hal itu ketika saya masih duduk di bangku SMP kelas 1 semester ganjil, bulan pertama dan mencoba memetakan keahlian masing-masing teman sekelas lalu menuangkannya ke sebuah wujud matriks sederhana yang kemudian dengan sukses menjadi kunci saya berkompetis

Semoga Kamu Bukan Bintang (Sajak)

A ku yakin di ujung sana, di pinggiran semesta mungkin, konstelasi bintang pernah membentuk nama kita dari sekian miliar kemungkinan kombinasi posisi pada orbit-orbit mereka. Seyakin ringan langkahmu kala merengek minta diantar ke planetarium selepas kelas astronomi pertamamu, hanya demi memuaskan dahaga akan cincin Orion. Tak peduli seberapa kali kamu mengoceh tentang postulat-postulat Einstein hingga hubungan antara enak tidaknya gulai kari buatanmu dengan kaidah Lorentz (yang sampai sekarang belum sanggup aku patahkan keshahihannya), bagiku keceriaan dunia kecilmu seumpama Anggun C. Sasmi bersabda, salju di tengah Sahara. Teduh. Namun terkadang dirimu terlalu masyuk hingga mungkin kamu lupa aku disini untuk siapa.  Melambat aku meraba-raba orbitku yang ku rasa hanya sebaik komet. Pelengkap yang lalu hilang pun tak apa. Aku naif? Atau kamu yang tak peka? Aku butuh kamu menjadikanku porosmu.  Kamu paham konsep matahari dan bumi? Aku mataharimu.

Pancoran (Cerpen)

Pagi belum genap, ibu sudah membawa segayung air sebagai pengganti jam weker . Setengah gelagapan tersedak air, aku pontang-panting berlari ke tempat wudhu. “... asholatu khairum minannaum... asholatu khairum minannaum...”  Suara serak Wak Limin terdengar dari corong surau. “ Rampung sholat , ojo keturon maneh nang mburi! Ndang muleh, makani pithik terus sisan nggolek o kayu nggo masak, nggeh ?” Kali ini suara ibu yang kencang. “ Nggeh, Buk .” Sahutku setengah berlari menuju satu-satunya surau di desa kami demi melihat Wak Limin tertatih-tatih menuju tempat imam. Subuh selalu seperti ini di desaku. Dingin dan damai. Jam dinding usang di ruang tamu menunjuk pukul 04:45 saat aku bergegas membantu ibu membuka toko kelontong depan rumah. Toko kami kecil, jualannya pun seadanya. Kadang kalau dagangan sudah hampir habis tapi uang modal entah menguap kemana, toko tidak buka, tidak jualan sehari dua hari. Setelah dapat pinjaman sedikit, buka lagi. Biasanya selepas menata re