Kaki Lima

Gerobak dia dorong, disandar. 
Didorong lagi. 
Katanya kakinya sakit, yang nomor lima.
Padahal minggu kemarin sudah disambung. 
Pakai bambu bonggol yang kering keras.

Kaki nomor lima itu memang paling rajin menyangga gerobak. 
Berjam-jam. 
Terik. 
Apalagi hujan. 
Kini nyeri lagi. 
Keluhnya. 
Mungkin karena sang tuan murung. 
Pulang tengah malam dengan pedang berjajar di dompetnya.

Gunawan Wiyogo Siswantoro
17 Juni 2020

Comments

Popular posts from this blog

Labirin 'Loopless' Bernama Dilatasi Waktu (Opini)

Nusantara: Romantisme Masa Lalu

Jaya Jaya Wijayanti! (Resensi Buku Seri Kelima Gajah Mada: Hamukti Moksa)