Sepotong Kartu Pos dari Sepotong Awan (Sajak)

Senja belum penuh mengelam.
Gontai tapakmu yang ku ingat menjauh.
Menapaki setapak demi setapak.
Sedangkan separuh ruh seakan menggelepar di dalam sini.
Dibetot bayangmu yang menghilang ditelan merahnya cakrawala.
Saga.

Secarik kupu-kupu mengepak-ngepak di riuh gelap.
Mengitari setiap impian dan mimpi yang pernah kau tawarkan,
yang kita berdua susun dari reruntuhan keping puzzle-puzzle kenangan, luka, robek darah.
Pernahkah disadari olehmu,
mimpi itu yang menjadi hidupku?
.......maka pulanglah!
Penuhi janji Tuhan akan cintaNya,
ditiupkanNya kepadamu untuk ku hirup dalam-dalam memenuhi rongga paru yang sudah bosan disesaki bau pura-pura.
Rupa-rupa.

Terselamatkan oleh kupu-kupu kertas itu,
aku terbalut kehangatan mentari pagi.
Ku lihat kau berlari kembali pulang. 
Sedangkan anak sungai tangisan mengular di belakangmu.
Kau pulang,
senyumku tipis meskipun pada akhirnya kau akan meratap lebih keras di dalam rumah tulip kita itu. Kikis.
Aku bahagia melihatmu pulang,
dari sela-sela awan.



Gunawan Wiyogo Siswantoro
Timika, 3 Januari 2014-08.38 WIT

*gubahan satu dari 24 draft Antologi 'Langit'

Comments

Popular posts from this blog

Labirin 'Loopless' Bernama Dilatasi Waktu (Opini)

Nusantara: Romantisme Masa Lalu

Jaya Jaya Wijayanti! (Resensi Buku Seri Kelima Gajah Mada: Hamukti Moksa)